Wednesday 31 August 2016

Ajari Manusia Bersyukur

Manusia tidak mengikat siapapun dia,
Masih ingin kemewahan dari rumah atau kekayaan lainnya

Manusia tidak mengikat siapapun dia,
Masih ingin menguasai ilmu yang ada tanpa batasan bidang

Manusia tidak mengikat siapapun dia,
Masih ingin mempunyai pendamping hidup yang berlebih diantara yang ada

Manusia tidak mengikat siapapun dia,
Masih ingin selalu hidup menikmati dunia bahkan enggan dimatikan

Manusia tidak mengikat siapapun dia,
Masih mempunya nafsu keduniaan yang terus ada sebagai mana fitrahnya

Manusia tidak mengikat siapapun dia,
Masih terus terikat dari kekuasaan dalam dirinya atas dasar mahluk

Membuat manusia mendapatkan batas mengendalikan semuanya
Tugas utama atas mencintai dari yang menciptakan dirinya

Mengalahkan dari keinginan yang terus menyeruduk dalam derap nadinya
Lalu hanya senyuman kecil  membahagiakan
Melegakan atas merasa nikmat yang diterima

Meski kecil namun berarti baginya dan kehidupannya.
                                   

foto:google

Tuesday 30 August 2016

Cermin yang Tertunduk

Tanpa aku harus menyebutkan kesalahanku
Pasti Engkau lebih tahu atas semua tingkah laku
Tapi aku masih saja terus membuat kesalahan
Baik yang aku sengaja ataupun
Karena aku menyukai kesalahanku
Lebih baik aku menyerahkan semua itu
Kelemahan serta keslahan ada padaku
Hatiku ingin selalu bersimpu kepada-Mu ya Allah …
Waktu yang berlalu tidak bisa menandingi nikmat
Atas sifat Kasih Sayang Mu

Ya Rahman…
Disaat aku merasakan nyenyaknya tidur
Engkau masih selalu terjaga melindungi ku
Mata terbuka seharusnya aku selalu malu
Atas firman keindahan malam sunyi bersua
Merindukan kedamaian belaian wajah damai
Indah meratap ampunan terbaik dari-Mu

Ya Rahim…
Rasa sayang-Mu selalu Engkau hadirkan
Tiap detik tak pernah, lari dari rasa itu
Rasa sayang begitu amat mendalam
Jantungku masih memompakan aliran darah
Nafasku masih dapat menghirup udara
Pagi masih bisa membukakan mata
Hidupku masih selalu bergantung atas rasa sayang-Mu
Lalu bagaimana sebaliknya aku mencintai-Mu?


Ya Allah…
Maafkanlah aku….maafkanlah aku…maafkanlah aku… 

Monday 29 August 2016

Prambanan Berbudaya

Sebuah rencana bersilaturahmi ke rumah teman yang bukan lagi hanya sebatas teman, lebih bisa dikatakan saudara. Jumat, 12 Agustus 2016 malam aku menyempatkan ke rumahnya Dodok tepatnya ke daerah Salaman Magelang. Silaturahmi setelah lebaran momen tahunan yang semoga akan terus berlanjut di tiap tahunnya. Kali ini hanya saya sendiri berkunjung kesana tanpa teman yang membarengi seperti tahun-tahun sebelumnya.

Travel menjadi sarana transportasi menuju ke tempat tujuan dengan jadwal pemberangkatan pukul 17.00 WIB. Dari Bendan travel menjemput terlihat mobil berjenis L300 yang sangat identik jalur Pekalongan – Jogja. Perjalanan terus dilalui hingga sampai di Kaliboyo Kabupaten Batang mengalami macet hingga menjelang isya. Keputusan Pak Sopir Travel berbalik arah menuju arah Blado ditempuhnya sebagai wujud pencarian jalan yang lebih lancar.

Perjalanan malam yang sunyi senyap jalan berliku daerah Kecamatan Bawang menambah mata ini untuk tidak merasakan kantuk meski hanya sekejap. Lancarnya perjalanan tidak begitu lama terbukti didepan sudah bertemu dengan antrian panjang truk disaat tikungan meliuk tajam. Akhirnya hanya bisa mengikuti arus menunggu keadaan agar bisa lancar kembali. Candiroto merupakan daerah mendekati Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung, yang sedang megalami perbaikan total jalan raya. Disamping itu pula ada beberapa titik jembatan yang masih dalam proses pengerjaan. Hal ini menjadi penyebab arus perjalanan dengan sistem buka tutup agar lalu lintas menjadi lancar.

Pukul 23.34 WIB akhirnya sampai di depan Mall Artos Kota Magelang. Dodok telah menanti kedatangan saya yang ketika itu sedang asyik minum wedhang ronde khas penjaja kuliner malam. Sangat enak tentunya hawa dingin serasa menerpa kaos yang saya kenakan akhirnya satu porsi wedhang ronde saya pesan. Sekedar perbincangan ringan hanya menanyakan kabar atau langsung menentukan rencana hari esok sebagai kelanjutan acara.

Badan terasa ingin berbaring sebagai pertanda mencari perhatian beristirahat. Satu malam menginap di Salaman daerah nyaman dan asri khas dataran tinggi Bukit Menoreh terasa sangat dekat. Sayup-sayup mata terus bergelayut sendu turut memejamkan.

Kesibukan pagi telah dimulai cuaca agak mendung menghiasi suasana hidup penuh semangat. Secangkir teh menghangatkan kabut dari timur yang turun dari pepohonan. Jogja menjadi topik destinasi pertama dengan tujuan ke Candi Prambanan. Menggunakan mobil Carry hijau menjadi sarana transportasi sebagai pertimbangan cuaca yang memungkinkan untuk timbulnya hujan disekitaran Jogja. Semangkok soto ayam khas Salaman sebagai santapan pagi ditemani gerimis rintik-rintik di pinggir depan Kantor Kecamatan Salaman.

Telah sampailah di depan pintu gerbang obyek wisata Candi Prambanan. Banyak wisatawan baik domestik maupun mancanegara sudah berdatangan memenuhi pintu tiket masuk area candi. Dengan membayar tiket Rp. 30.000 rupiah pengunjung dipersilakan masuk kawasan candi yang penuh arsitektur cagar budaya.



Kamera menjadi alat mengabadikan gambar didepan kawasan Candi Prambanan. Spot menarik berada didepan bagian samping selatan terlihat 5 bagian utama candi. Saya pun meminta tolong kepada dodok untuk berfoto ria di depannya. Kekayaan budaya di Candi Prambanan menakjubkan beraneka relief kerajaan terpampang pada dinding sekitarannya.


Bahasa luar negeri terus berdenging lantaran percakapan dengan tourist guide sedang berlangsung disamping Saya dan Dodok berdiri. Postur bule yang lebih tinggi ataupun perbedaan kulit tubuh dari orang lokalan menambah ciri khas identik baik turis berbahasa Inggris maupun asia seperti thailand ataupun china. Tak luput dari mata lensa kamera sekedar mengabadikan momen mereka bersama kawan-kawannya.


Setelah berkeliling sekitar satu jam kiranya cukup mengenal Candi Prambanan. Saya mengajukan permintaan kepada Dodok berpindah tempat bertandang ke tempat Rifki. Dodok menyetujui permintaan tersebut kemudian langsung menuju pintu keluar candi. Disela-sela perjalanan menuju pintu keluar tiba-tiba Dodok mendapat sapaan dari wisatawan lokal untuk membantunya mengambil foto dari kamera mirrorles berwarna putih miliknya. Saya turut mengambil pose nya Dodok saat menjadi fotografer dadakan, ternyata bisa dikatakan berhasil melaksanakan.




Akhirnya berhasil keluar dari komplek Candi Prambanan menuju Kota Yogyakarta. Perut sudah mengajukan proposal makan siang sekaligus mengajak Rifki agar bisa bersama-sama. Suasana siang sekitar jam 12 matahari diatas kepala menambah panas suasana, lokasi tempat makan juga belum ditemukan. Komunikasi terus terhubung dengan Rifki tapi masih saja kesasar hingga satu jam muter-muter di Kota Yogyakarta. Sampai pada ujung komunikasi akhirnya bisa menemukan tempat istimewa makan Gudeg Yogyakarta di Warung Gedeg Bu Djuminten Kranggan.


Sangat bersyukur bisa bertemu dengan teman istimewa dari masa kuliah di Semarang. Keakraban ini muncul kembali diatas nostalgia siang sembari menikmati nasi gudeg yang nikmatnya tiada tara. Obrolan kecil saling menanyakan problematika laki-laki yang bernasib jomblo atas nama sebuah perubahan  status menjadi sudah menikah terus menjadi topik pembicaraan kami bertiga. Tak terasa waktu satu jam sudah berlalu Saya dan Dodok pun pamit untuk pulang dan harapan doa untuk keberkahan hidup kita semua.

Dari Yogyakarta menuju ke Salaman bersiap-siap pulang menuju ke Pekalongan. Pukul 15.15 WIB tepatnya waktu Salaman, Saya melanjutkan berpamitan pulang kepada Ibu Dodok, rasa terima kasih sebesar-besarnya bisa bermain meski sebentar namun kesannya sangat luar biasa. Memang teman satu ini sangat pandai menjamu tamu dan tentunya selalu menjadi teman baik kepada siapapun. Pesan tiket travel pun Dodok yang mengurusi pemesanannya via telp jadi Saya tidak begitu repot atau tebantu keadaan diwaktu menjelang pulang. Parakan Kabupaten Temanggung menjadi tempat menunggu jemputan travel menuju ke Pekalongan yang sebelumnya sempat mampir ke rumah temannya Romi yang berada di Kedu. Magrib menjelang tak lama Saya turun dari mobilnya Dodok, telpon genggam Saya berdering ternyata Pak Sopir travel sudah menanti di RS Ngesti Waluyo Saya pun berpamitan dengan Dodok. Alhamdulillah perjalanan silaturahmi sangat mengesakan terima kasih Dodok.

Pekalongan, 13 Agustus 2016


Sunday 28 August 2016

Daun Kering

Semenjak tumbuhnya kuncup menjadi daun ketika itu klorofil bekerja memberikan sebuah warna. Sebagaimana fungsiya daun membuktikan setianya bekerja.
Hitungan bulan kemampuannya berkurang, melemah dan merapuh pada akhirnya terjatuh gugur mengering lalu terinjak-injak.
Batu disampingnya diam seakan diam dalam visualisasi nyata. Menipu manusia sesungguhnya aku masih terus menyebut Penciptaku.
Lalu batu menanyakan kepada manusia tentang perannya atas yang bertahun tahun dihidupkan. Dengan kelakar manusia menertawakan kebodohan atas batu yang dilihatnya.

Kerendahan hati batu lalu diam menunggu kerapuhan manusia.

Saturday 27 August 2016

Abimanyu Ahmad

Seorang tokoh Mahabarata putra dari Arjuna dan Subadra yang meneruskan Yudistira sebagai pewaris tahtanya. Beliau menikah dengan Utari, putri dari Raja Wirata dan dianugerahi anak yang bernama Parikesit setelah sebelumnya beliau gugur dalam peperangan.

Kata awal ini melekat pada sebuah nama dari teman karib yang menekuni bidang informasi berbasis komputerisasi. Dari sekian banyak teman yang konsisten dengan nama, ternyata banyak sekali sematan kata sebagai nama panggilan baginya.

Tiga belas tahun terakhir sepertinya banyak asam garam di laut maupun asam manis di ikan bakar yang selalu tersaji dalam kehidupannya. Hal demikian menjadi poin tersendiri atas kekharismaan seseorang dengan sendirinya akan terpancar. Tak jarang orang seperti ini menjadi primadona bagi kaum hawa bahkan menjadi kebanggaan bagi mereka.

Panggilanku akan lebih menunjukan kemesraan teman atau usia karib seseorang. Semenjak berkelakar menanti jam pulang sekolah waktu itu seragam putih biru seakan lugu dan cupu.

Salam hangat teruntukmu #Ahmad Mujahidin 

Kerja Nyata Biar Bisa "Ngebuull..."

Belum selesai perayaan Hari Kemerdekaan kini sudah muncul kabar kenaikan harga rokok. Tentunya menjadikan kabar yang mengagetkan bagi kaum perokok disekitar kita. Artinya bagi perokok harus menambah kocek lagi untuk membeli sebungkus rokok.

Katanya sih,
Hal yang paling mendasar dari kebijakan kenaikan harga rokok disebabkan karena murahnya tarif rokok yang beredar di Indonesia. Harapannya dengan kenaikan tersebut dapat mengurangi angka perokok yang semakin tahun meningkat dari mulai usia sekolah bahkan dewasa.

Sebenarnya tidak begitu mengkhawatirkan apabila hanya karena terlalu murahnya harga rokok yang beredar. Ada beberapa celah bagi perokok untuk menyikapi fenomena yang nantinya akan menjadi momok bagi mereka. Diantaranya menambah penghasilan agar menjadi manusia yang lebih kreatifitas dalam memenuhi kebutuhannya. Semula pendapatan hanya 75.000 /hari dengan adanya kenaikan harga rokok paling tidak harus lebih meningkatkan penghasilannya entah bagaimana caranya kreatifitas bekerja tetap ditingkatkan agar prioritas kebutuhan bisa tetap stabil.

Apabila seluruh rakyat Indonesia bisa meningkatkan kreatifitas pekerjaanya dan pendapatan per kapita juga melonjak drastis maka tetap kebutuhan rokok masih bisa dikondisikan. Jangankan harga rokok menjadi Rp.50.000,/bks menjadi 100.000,/bks masih bisa dijangkau.

Alhasil perokok masih bisa menyumbangkan cukai kepada pemerintah.

Makanya, ayo nambah penghasilan agar bisa "Ngebulll...

Legalitas Atas Nama Registrasi

Sejak ditetapkan pengakuan terhadap profesi di bidang tertentu dengan sebuah sistem registasi atau lebih mudah disebut pencatatan lebih bertujuan pencapaian standarisasi dari aspek kompetensi yang dimiliki oleh seorang pekerja. Tentunya  sangat baik niat Pemerintah menetapkan kebijakan demi tertibnya pekerja yang nantinya banyak sekali manfaat misalnya di bidang pengembangan atau penelitian lainnya.


Sudah menjadi konsumsi publik pro dan kontra dari penetapan atas legalitas tersebut menuai banyak keluhan terutama bagi pekerja yang bersangkutan.  Tentunya tidak sedikit masalah dari persyaratan agar bisa mengikuti registrasi atau bahkan saat cara memperpanjang masa berlaku registrasi. Kesiapan dari masing-masing organisasi pekerja juga belum terkoordinasi baik secara administrasi atapun pemahaman dari sistem yang masing tergolong baru bagi mereka.

Persyaratan awal sangat mudah untuk dipenuhi, bagi kebetulan yang berada di Pulau Jawa yang sarana dan prasarananya sangat memadahi. Maka patut dipertimbangkan sistem pengecualian bagi pekerja yang berada di pulau-pulau lainnya secara kesiapan belum ada dilakukan sebuah survey yang meng-iyakan penetapan registrasi profesi tersebut.

Persyaratan lainnya seperti untuk memperpanjang masa berlaku dari registrasi harus mengumpulkan angka poin sebagai bukti keikutsertaan pekerja dalam mengembangkan kompetensinya. Memang sangatlah perlu menyegarkan  kembali keilmuan pekerja secara teknik maupun keilmuan. Namun, pencapaian poin di lapangan menjadi ajang perlombaan pengumpulan poin tanpa meninjau kembali hakekat tujuan awal dari kegiatan baik seminar, pelatihan atau sejenisnya.  Belum lagi ajang perlombaan tersebut tidak semuanya pekerja bisa mengikuti kegiatan yang disebabkan karena pekerjaan itu sendiri dengan keterikatan jarak maupun waktu kerja.

Ternyata kebijakan lain bermunculan dengan adanya standarisasi minimal strata pendidikan karena pengikatan kompetensi tertentu. Merujuk dari pengikatan masing-masing kompetensi atas dasar kewenangan maka tidak ada jalan lain untuk mengupgrade strata pendidikan agar kewenangan tersebut bisa dilakukan dalam pekerjaannya. Maka bagi pekerja yang tidak bisa mengikuti kebijakan yang telah ada harus siap-siap ruang geraknya akan dibatasi dari kewenangan resmi yang tertuang dari kompetensi menurut stratanya masing-masing.

Kenyataan lainnnya pun di lapangan nantinya mungkin akan sama halnya dalam bekerja, ibaratnya sebuah makanan di meja harus dimakan dan dinikmati bersama. Artinya masalah strata terkadang hanya sebatas persyaratan yang tertulis dan harus dipenuhi dalam setiap instansi.  Masalah lain apabila kompetensi yang harusnya ada didalam ruang lingkup kerjanya setelah melakukan upgrade strata ternyata keadaan di lapangan malah tidak memungkinkan adanya tentunya karena faktor sarana atapun lainnya.

Semoga mereka tetap sabar mengahadapi semuanya.

Monday 22 August 2016

Tradisi Wajib Bersepeda

Biasanya hal yang menarik bersepeda dipertengahan atau di akhir perjalanan adalah makan bersama. Momen ini lebih mengakrabkan dengan bersua makan bersama dengan obrolan ringan atau diselingi "guyon" agar lebih mengakrabkan.


Seperti pagi ini ada sebuah doorprize dengan syarat harus menyanyikan lagu 17 Agustus dengan baik dan benar. Goweser ternyata mampu menunjukkan sifat nasionalisme meskipun ada yang harus rela tersingkir karena lupa saking gugupnya.


Sungguh keasyikan yang luar biasa bisa bermain bersama meski hanya sebentar 2 hingga 3 jam tapi kesannya sangat mengakrabkan. Tentunya ritual makan bersama lebih menghangatkan keakraban setelah rasa lelah mulai terasa.


Terakhir yang tak kalah lebih penting dari bersepeda adalah momen berfoto ria. Mengabadikan gambar dari awal hingga akhir acara menjadi sebuah cerita bergambar yang kelak menjadi sebuah kenangan.
Rangkaian ritual wajib bersepeda hampir rata-rata terpenuhi bagi kalangan goweser, sehat, sosial, guyub rukun dan kenyang tentunya.


Bersepeda, Yuk!

Pagi hari ini cukup cerah, udara terbilang masih segar. Briefing singkat pun dimulai mengarahkan rute perjalanan bersepeda kurang lebih 10 km. Peserta acara berjumlah 30 orang akan mengikuti sepeda sebagai wujud kebersamaan dalam lingkungan kerja.


Pastinya gowes kali ini banyak wajah baru yang mencoba lebih mesra mencintai olah raga yang bernama sepeda. Jalur perkotaan menjadi pilihan bersepeda dengan estimasi waktu relatif lebih singkat. Meski begitu Pak Nur Ali Aziz telah memilih jalur yang menuju sebuah persawahan yang ternyata sangat berdampak pada kenyamanan saat bersepeda.
Udara segar mulai terasa disambut hangatnya sinar mentari menjadi kesan tersendiri saat melewati bentangan sawah yang masih terbilang cukup luas. Jalur selanjutnya pedesaan yang bisa menembus jalur pantura bagian timur Kota Pekalongan.


Ada jalur yang tidak semua orang tahu disaat menyeberang jalur pantura. Bahkan ini pertama kalinya harus melewati kolong jembatan yang notabene bagian atasnya berseliweran kendaraan besar. Meski jarak tempuh bersepeda sangat dekat kualitasnya cukup bisa menemukan hal yang baru.
Bersepeda tidak hanya berolah raga, banyak manfaat dengan berguyub dengan teman atau bisa lebih menumbuhkan semangat saling bergotong royong kepada sesama. Jangan pernah sungkan untuk mencoba hal positif yang menyenangkan.

Thursday 18 August 2016

Dering HP

Pukul 16.03 hp berdering namun tiba-tiba mati. 
Setelah saya cek kembali, ada sebuah panggilan dari seorang teman, 
seketika itupun saya telpon balik.
Tanpa mengawali sebuah percakapan, teman saya pun menangis tersedu-sedu. 
Mengabarkan bahwa anaknya sedang mengalami kecelakaan penerbangan.
Hanya kata yang selalu diulang permintaan doa kepada anaknya yang beliau pinta.
Semoga ada kabar baik bagi Keluarga Ibu Wahyu Handayani


Bapak Adi Sasono

(Lahir, Pekalongan, 14 Febuari 1943, Wafat 13 Agustus 2016)

Beliau, hanya satu tokoh menteri yang begitu saya banggakan di masa Madrasah atau setingkat Sekolah Dasar. Kebanggaan itu beralasan karena beliau lahir di Pekalongan.
Kabinet reformasi pembangunan menjadikan beliau seorang menteri di bidang perekonomian dan koperasian. Disaat kabinet berganti beliau tidak pernah tampil dimedia.
Saya sempat kaget disaat pertama kalinya muncul dimedia beliau telah wafat.
"Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun...."
"Pak Adi...mugi Panjenengam Khusnul Khotimah, kulo dereng saget kepanggeh kok mpun kondur dumatheng pangarsanipun Gusti Allah SWT".
"Kulo yakin panjenengan tergolong tiyang sae, Pak".

Al Fatikhah



Friday 12 August 2016

Kumpul, Kerja Bareng

Saat malam itu, masih dalam Bulan Ramadhan damainya hati setelah kaki melangkah keluar dari masjid usai sholat tarawih. Sebuah pesan singkat melalui whastapp masuk dari Mbak Nia teman kerja yang isinya mengajak untuk makan malam bareng teman kerja lainnya , katanya sih yang mengajak Mas Guntur dan aku pun meyetujui ajakan itu.

Acara tersebut berada di Warung Steak Urip Sumoharjo, namun ternyata acara itu juga diikuti mahasiswa yang sedang praktek kerja di Pekalongan. Langkah pertama aku harus segera siap-siap ganti pakaian langsung mengambil kendaraan segera berkumpul bersama mereka.

Sesampainya di Bendan ternyata sudah mulai siap-siap meluncur ke Warung. Tanpa menunggu lama kami pun berangkat menuju Jalan Urip Sumoharjo. Tidak seperti ketika menjelang buka puasa, saat itu jam menunjukkan hampir jam 21.00 keadaan warung sudah nampak lengang. Satu demi satu memesan jenis daging yang akan disantap. Aku dan Mas Guntur  dan Johan memesan dobel daging biar lebih mantap bersera sedangkan Mbak Nia dan anaknya Putra sepertinya hanya memesan satu  porsi untuk berdua. Begitu pula Fatimah dan Dea.

Bu Wahyu dan Mbak Regina masih menuju ke Warung karena memang tidak berangkat bareng. Mereka dari rumah hanya memenuhi undangan makan malam bareng kita semua. Fatimah dan Dea sudah ngobrol ngalor ngidul tentang film yang masih fenomenal Conjuring, ahh...ndak begitu tahu,,,hehee...

Tidak ada 15 menit kita duduk di warung Bu Wahyu dan Mbak Regina datang saat itu pula suasana semakin ramai dan rahat. Untungnya semua pesanan juga belum datang, alhasil Bu Wahyu dan Mbak Regina segera diminta untuk memesannya. Dengan sigap pramusaji ini ternyata merespon pesanan kita yang selanjutnya datang berbagai menu sajian steak  dari daging sapi, ayam dan cumi. Paduan dengan saus cabe dan tomat yang disajikan dengan hot plate memacu nafsu makan yang begitu lahapnya.

Waktu sudah mendekati jam 22.30 agaknya sudah terlalu malam, namun karena bulan Ramadhan suasana jalan masih ramai dengan berbagai kendaraan yang berlalu lalang. Pesan dari Fatimah dan Dea suatu saat mereka akan kembali ke Pekalongan untuk bisa menikmati kebersamaan yang begitu akrabnya yang telah terjalin hampir satu bulan bersama kita. Saatnya sudah harus pulang ke rumah masing-masing.



Thursday 11 August 2016

Suwun, Pak! Kuto ku dadi Resik

Senajan sangune sapu karo karung, wong iki memang "well". Mangkat kerjo durung sarapan, liyane seh nembe adus piyambake wes keliling kutho. 

Resiki sampah ora peduli sapa seng lewat. Sampahe tambah akeh ora tau nyalahno sopo seng mbuang. Mung wathon "khusuk" jupuki sampah, ora peduli kerjo di awasi bos, mandor lan sak piturute.

Kulo luweh bangga kaleh njenengan pak, tanpo nyuwun dihormati kerjaan tetep lancar tur pancet.

***

"Well"= kata serapan "baik"
Mandor = pimpinan, atasan, bos.
Pancet =bahasa jawa timur = tetep, ajeg.


Menyapa Pagi di Pekalongan


Selamat Pagi, Pekalongan!, Sapaku saat ini saat kaki mulai melangkah pergi sekedar bersepeda mengitari arah jalanan Kota Pekalongan. Niatku tak disengaja datang sepertinya keinginan itu terlahir begitu saja. Dari dalam rumah aku keluarkan sebuah sepeda yang bagian rangkanya telah berdebu halus seakan menorehkan tanda dia memang hari ini harus berada dihabitatnya. Hanya selembar kain halus yang bisa meredam keadaannya agar bisa berwujud sepeda tanpa ada debu disekitaran rangkanya.

Pukul 06.15 kaki mulai mengayuhkan dua pedal meninggalkan rumah. Perjumpaan pertama bersamaan dengan seorang bapak yang akan mengantarkan anaknya. Berseragam biru membonceng diatas motor sesekali anak itu mengajak ngobrol kepada Bapaknya dengan percakapan yang sangat akrab. Terasa nikmat bisa bersentuhan jiwa secara langsung kepada buah hati terus memberikan motivasi kepadanya.

Berbeda pemandangan lagi ada dua anak sekolah dasar sedang asyik mengayuh sepeda bersama teman sebayanya menuju sekolah tempat kegiatan belajar bagi mereka. Wajah riangnya dengan rambut yang agak basah menandakan rasa segar masih terasa sebagai semangat mengawali harinya. Sepanjang jalan desa juga terdapat beberapa sekolah dasar yang notabene masuk wilayah jalan kecil yang masih dalam kategori aman dari kendaraan besar.

Ada pula  sekolah dasar mendekati Jalur Pantura yang akan sarat kesemrawutan berbagai jenis kendaraan, maka akan semakin banyak orang tua yang rela mengantarkan anak-anaknya. Sebuah keadaan yang lumrah apabila akses jalan menuju jalan semakin sempit hampir lebar jalan dipenuhi kendaraan orang tua disaat mengantarnya. Ditambah banyaknya kepulan asap kendaran sudah mulai tercium keberadaannya tapi ini sudah menjadi resiko bagi masyarakat yang tinggal dijalur pantura.


Pak Polisi yang baik dan budiman menjadi pahlawan yang paling berjasa hadir disela keramaian orang dengan berbagai kepentingan. Sudah tidak ada rasa tendensi apapun selain hanya memutar gas kendaraan jika ada kesempatan jarak beberapa meter untuk melaju serasa itu akan dilaluinya. Namun tentunya itu tidak terjadi, Pak Polisi langsung memberhentikan seluruh kendaraan yang akan menyerobot begitu saja. Keberadaan Pak Polisi di sekitaran Jalur Pantura benar-benar melindungi khususnya  anak sekolah yang akan menyeberang di jalan. Sungguh betapa mulianya tugas Bapak berompi hijau ini.



Memasuki arah kota khususnya mendekati jalur perempatan sudah dipadati aneka truk besar, bus kota dan kendaraan roda dua. Sudah berjejer rapi seakan berada digaris start diajang perlombaan balapan. Tentunya menjadikan suasana lebih hangat dengan polusi udara dan deru suara kendaraan. Disaat lampu hijau menyala gas kendaraan diputar melaju sesuai kepentingannya, sekolah dan bekerja menjadi tujuan paling banyak mengisi kegiatan di pagi hari.



Kemacetan sudah tidak bisa dihindari seakan sudah menjamur disetiap kota di Pulau Jawa. Meskipun macet sejatinya kita tetap terus menghargai pengguna jalan lainnya dengan tidak saling kebut-kebutan dan tetap mematuhi rambu-rambu yang ada. Selamat Pagi Pekalongan, hidup kita saling mencintai dan menghormati.

Wednesday 10 August 2016

Just Bike


Lahir di Kab. Pekalongan tepatnya di Jalan Sindoro Kajen tepat 2 tahun silam. Kegiatan rutin bersepeda tiap hari Sabtu melintasi area dataran tinggi di Kabupaten Pekalongan. Anggotanya 90 peserta dg 20 % anggota aktif atau sekitar 25 orang, sisanya anggota pasif yg terbentur acara keluarga, larangan istri, acara anak, serta belum mempunyai sepeda. Bergembira dan bersukacita merupakan tujuan utamanya. Terdapat roda penggiat didalamnya yairu Dewan Syuro', Presiden Just bike, Penasehat, Mentri Komunikasi Masyarakat, Mentri Korlap, dan masih banyak istilah lain yg sangat bingung menyebutnya. Genap dua tahun ini Just bike telah memberikan semangat kebersamaan bagi anggotanya khususnya serta bagi masyarakat umumnya.

Selamat hari jadi Just bike yg ke 2 semoga lebih solid memberikan warna dalam dunia bersepeda.

Bojongsari, Purbalingga 1 April 2016